MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
“SUKSESI TUMBUHAN”
OLEH :
NAMA : NURLAINI LAILI
NIM :4133220023
fAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAM ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata'ala, berkat izin dan karunia-Nyalah sehingga penulis memiliki
kesempatan menyelesaikkan makalah EKOLOGI TUMBUHAN tentang ”Suksesi
Tumbuhan” sesuai dengan waktu yang telah diberikan meski banyak kekurangannya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat pengetahuan tambahan.
Karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat bapak Purtasih.Mpd selaku Dosen dan
Pembimbing Mata kuliah Ekologi
tumbuhan
Makalah ini di susun untuk memenuhi syarat
menyelesaikan studi kami,Penulis menyadari bahwa dalam pnyusunan makalah ini
banyak hal-hal yang perlu disempurnakan dan diperbaiki, oleh karenanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini, agar dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mengamati suatu lahan yang di
biarkan maka dari tahun ke tahun dapat melihat adanya perubahan mula-mula lahan
yang kosong di tumbuhi lumut dan rumput, kemudian semak,perdu, dan terkhir
pohon. Jika lahan itu luas maka setelah sekian puluh tahun lahan tersebut dapat
berubah menjadi hutan.
Komposisi spesies dalam komunitas akan bervariasi sepanjang waktu dibeberapa spesies keimpahannya menurun, sedangkan yang lain meningkat. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yag penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar atau kuat sehingga mempenngaruhi sistem secara keseluruhan. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara tertatur disebut dengan suksesi, dan suksesijuga bisa diartikansebagai perubahan yang langsung dalam komposisi komunitas dan asosiasi biologis serta sifat-sifat ekosistem.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memrlukan perhatian yang tidak sedehana, ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi atau nutrisi, produktivtas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut dengan klimaks. Dalam kondisi ini sering dikatakan bahwa sebuah ekosistem dalam kondisi meostasis, sebuah kondisi dimana ekosistem dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai respon yang koordinasi dari komponen penyusun sub-sub sistem terhadap tiap rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi normal komunitas.
konsep suksesi ( Relay Floristic )
Konsep ini mendasarkan suksesi pada sistem perubahan komunitas yang teratur secara hierarki yaitu terjadi perubahan gradual menuju staus klimaks. Ide klasik dari suksesi diterangkan secara detail oleh clement yang mengembangkan teori suksesi tumbuhan dan perkembangan komunitas yang disebut hipotesis monoklimaks. Menurut clements komunitas biotik merupakan superorganisme yang sangat terintegrasi yang berkembang dengan proses suksesi menuju satu titik akhir di area manapun yang disebut klimaks. Spesies tumbuhan pada fase pioner akan mengubah lingkungan sehingga lingkungan tersebut sesuai untuk spesies-spesies ang lainnya, siklus ini terjadi secara terus menerus sehingga status klimaks tercapai.
Menurut pendapat ini suksesi terbalik tidaklah mungkin kecuali jika ada gangguan. Asumsi pertama dari teori ini menyatakan bahwa pergantian satu spesies dengan yang lainya disebabkan pada masing-masing tahapan dalam hidupnya, spesies-spesies tersebut mengubah lingkungan sehingga lingkngan yang ditempati menjadi kurang sesuai untuk dirinya dan lebih sesuai untuk yang lain.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna ( tahap sebelum klimaks yang sebenarnya ), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimanakah
proses suksesi di alam?
b. Apakah
yang mempengaruhi suksesi?
3. Tujuan
a. untuk
mengetahui proses suksesi di alam
b. Untuk
mengetahui hal yang mempengaruhi suksesi
Pengertian Suksesi
Suksesi
adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Komunitas
klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan
tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Contoh
klasik untuk menggambarkan peristiwa suksesi adalah kejadian di Gunung
Krakatau, Banten. Pada tahun 1883 Gunung Krakatau meletus, semua kehidupan di
gunung tersebut musnah. Seratus tahun kemudian ternyata di Gunung Krakatau
tersebut sudah terbentuk hutan kembali. Bagaimana proses pembentukan kembali
komunitas di Gunung Krakatau tersebut?
Mula-mula
yang berkoloni adalah sejenis lumut kerak (lichen) dan beberapa jenis
lumut tertentu. Asam-asam yang dieksresi oleh Lichen itu menghancurkan substrat
batuan dan menyediakan sedikit tanah. Partikel tanah tambahan terbentuk karena
penghancuran oleh iklim dan terbawa angin. Penghancuran dan pembusukan terhadap
lichen dapat menambahkan sedikit humus sehingga lumut lain menetap.
Setiap musim terdapat pertumbuhan baru, yang lama membusuk (menyediakan humus).
Tidak lama kemudian tersedia cukup tanah untuk paku-pakuan dan kemudian tumbuh
rerumputan, kemudian semak (perdu). Keadaan ini menyediakan kondisi pertumbuhan
yang amat baik untuk biji-biji tumbuhan tinggi (pohon).
Faktor
Penyebab Terjadinya Suksesi
:
1. Iklim
Tumbuhan
tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu
yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya
vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru
(kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi
iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang
tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya
perubahan kondisi tanah, antara lain:
a.
Erosi
Erosi
dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi
kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya
proses suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi
yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan
suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
Pemakan
tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian
pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan
yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila
rusak berat berganti vegetasi.
Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Suksesi
1.
Luasnya habitat asal yang mengalami
kerusakan
2.
Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu
3.
Kecepatan pemancaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut
4.
Iklim terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora, dan benih
lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh daam proses perkecambahan.
5. Jenis
substrat baru yang terbentuk
Tahap Tahap Suksesi Dan Karakteristik Suksesi
Dalam
suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menuju suatu
keseimbangan. Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke dalam 5
fase, yaitu:
Fase 1. NUDASI : proses awal
terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya
biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
Fase 3. ECESIS : proses kemantapan
pertumbuhan biji-biji tersebut.
Fase 4. REAKSI : proses persaingan
atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya
terhadap habitat setempat.
Fase 5. STABILISASI: proses
manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang
(equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun
regional.
Suksesi
lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya
komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements
memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama
SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks.
Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang
berbeda.
Adapun
karakteristik umum peristiwa suksesi ini, Park (1980) menjelaskan sebagai
berikut:
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
1). Keanekaragaman ekologi (Ecological Diversity).
Keanekaragaman jenis/species
umumnya meningkat selama suksesi karena meningkatnya sejumlah relung dalam
habitat yang tersedia bagi tingkat perkembangan seral berikutnya. Regier dan
Cowell (1972, dikutip oleh Park, 1980) menyatakan bahwa awal suksesi didominasi
oleh sedikit jenis organisme yang memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh
tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar jenis hidup lebih lama.
Menurut Loucks (1970, dikutip oleh Park, 1980), puncak keanekaragaman jenis
penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100 sampai 200 tahun setelah awal
suksesi sekunder, dan suatu keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian dalam
proses suksesi. Kemungkinan akibat kebakaran atau juga pengelolaan oleh
manusia. Oleh karena itu, Park (1980) menyimpulkan bahwa jelasnya secara umum
peningkatan keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi harus menjadi
elemen kunci dalam semuastrategi pengelolaan hutan.
2).
Struktur Ekosistem dan Produktivitas.
Dengan adanya proses suksesi dalam suatu
ekosistem maka biomas akan cenderung meningkat selaras dengan perubahan
komposisi jenis pioneer yang digantikan oleh bentuk vegetasi yang lebih besar,
dan meningkatnya jumlah maupun keanekaragaman habitat. Produktivitas juga akan
meningkat, minimal selama awal suksesi.
3).
Perubahan Karakteristik Tanah.
Seperti
dinyatakan oleh Clements bahwa suksesi berlangsung secara progresif (semakin
maju) sepanjang waktu, maka perubahan komunitas vegetasi juga akan memodifikasi
(menyebabkan perubahan) pada habitat dan lingkungan local. Pada ekosistem
daratan, misalnya hutan Jati yang dibiarkan menjadi hutan Jati alam seperti di
RPH Darupono, KPH Kendal, karakteristik tanahnya berbeda dengan yang ada di
bawah tegakan Jati yang dikelola secara intensif. Tampak a.l. pada ketebalan
humus, kelembaban tanah dan iklim mikro di bawah tegakan hutan Jati yang
tercampur dengan berbagai jenis kayu lain secara bertingkat-tingkat.
4).
Stabilitas Ekosistem.
Selaras
dengan meningkatnya formasi organisme yang ada akibat proses suksesi, kemudian
tumbuh berkembang dan mati, telah memberikan pelajaran berharga tentang
terciptanya stabilitas ekosistem. Ada beberapa pendapat yang masih
diperdebatkan, yaitu berkisar antara ‘stabilitas ekosistem’ atau ‘stabilitas
yang dinamis’. Kedua pendapat ini beralasan untuk yang pertama bahwa secara
sederhana dengan adanya suksesi secara keseluruhan telah meniadakan perubahan
ekologis dalam suatu system, atau hanya sedikit terjadi peningkatan melalui
proses suksesi. Adapun untuk pendapat yang kedua bahwa kecepatan komunitas giat
kembali setelah terjadinya beberapa gangguan secara temporal umumnya menurun
selama proses suksesi.
5).
Tingkatan waktu (Time Scales).
Perhatian
juga difokuskan pada tingkatan waktu yang terkait dengan proses suksesi, dan
kecepatan perubahan yang terjadi pada tingkat sere. Hal ini memberikan
diagnosis yang bernilai terhadap indikator stabilitas ekosistem yang potensial,
kerentanan terhadap penyebab perubahan, dan tingkatan waktu yang dibutuhkan
(dalam strategi pengelolaan/manajemen) untuk memperbaiki diri secara alami bagi
ekosistem yang rusak. Odum (1962, dikutip oleh Park, 1980) menyimpulkan bahwa
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat klimaks adalah berkaitan dengan
struktur komunitas. Dalam ekosistem hutan, suksesi jauh lebih lama karena
biomas yang besar terakumulasi sepanjang waktu, dan komunitas terus berubah
dalam komposisi jenis dan mengatur lingkungan fisiknya.
Macam-Macam Suksesi
Para
ahli ekologi menentukan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
1. Suksesi Primer
1. Suksesi Primer
Suksesi
primer adalah perkembangan vegetasi, mulai dari habitat yang tidak bervegetasi
serta mampu melewati tahapannya tanpa gangguan dari luar, sampai pada
masyarakat yang stabil atau klimaks. Suksesi primer terjadi apabila masyarakat asal
terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya masyarakat asal tersebut secara
total. Suksesi primer ini terbagi lagi menjadi 2 jenis, yakni suksesi yang
berawal dari habitat kering, yang disebut suksesi xerark, dan suksesi yang
berawal dari daerah basah (air tergenang) yang disebut suksesi hidrark.
Masing-masing jenis suksesi tersebut diawali dengan komunitas pioner yang mirip
ianpa dibantu oleh adanya faktor iklim.
Gangguan
dari komunitas secara total bisa terjadi secara alami, misalnya letusan gunung
berapi, tanah longsor, endapan lumpur baru di muara sungai dan endapan pasir di
pantai, bahkan ada pula gangguan yang berasal dari manusia seperti penambangan
batu bara dan timah. Pada habitat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas
yang baru pula, yang disebabkan adanya biji, spora dan benih yang masuk ke
habitat sebelumnya tersebut dengan bantuan tidak langsung dari air, angin
bahkan manusia.
Suksesi primer terjadi jika suatu
komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas
baru. Komunitas tersebut terdiri atas jenis makhluk hidup yang berbeda dengan
jenis makhluk hidup komunitas asal. Gangguan yang dialami komunitas tersebut
dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara
alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di
muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan
penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
Proses suksesi primer dapat dimulai
pada permukaan lapisan batuan, pasir, dan perairan tergenang. Permukaan batuan
yang telanjang bukanlah tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal suatu
makhluk hidup. Tempat tersebut dapat mengalami perubahan suhu yang sangat
cepat, kurang lembap, mengandung sedikit nutrient, dan sangat terbuka sehingga
suatu makhluk hidup berpotensi mengalami kerusakan oleh terpaan angin. Meskipun
tempat tersebut sangat tidak nyaman, tetapi ada kelompok makhluk hidup tertentu
yang mampu bertahan hidup. Kelompok makhluk hidup tersebut disebut kouonitas pionir
dan makhluk hidupnya disebut makhluk hidup pionir. Disebut demikian karena
mereka yang pertama kali menghuni suatu tempat. Adapun yang termasuk makhluk
hidup pionir antara lain adalah liken, ganggang, bakteri, dan jamur. Liken
merupakan tumbuhan hasil simbiosis antara ganggang dan jamur.
Pertumbuhan liken sangat lambat,
mungkin membutuhkan waktu sertus tahun untuk mempunyai ukuran seluas piring.
Dalam ekosistem sederhana itu, liken berperan sebagai produser sehingga
mengundang makhluk hidup kecil lainnya untuk hidup di tempat tersebut.
Tumbuhnya liken juga mengakibatkan fragmentasi batuan menjadi bahan-bahan
pembentuk tanah yang merupakan kunci menuju suksesi berikutnya.
Selanjutnya
bahan-bahan pembentuk tanah menyatu membentuk lapisan tipis tanah sehingga
dapat mendukung keberadaan jamur, beberapa jenis cacing, insekta, protozoa dan
beberapa jenis tumbuhan kecil ( misalnya rumput). Tiap jenis dalam komunitas
mini tersebut akan melangsungkan proses reproduksi, metabolisme, pertumbuhan,
dan beberapa diantaranya mengalami kematian yang akan menambah materi organik
untuk proses pembentukan tanah. Pada tahap demikian komunitas liken akan hilang
digantikan oleh komunitas tumbuhan kecil yang hidup musiman (perenial).
Komunitas rumput perenial tidak
akan lama bertahan. Komunitas tersebut akan digantikan oleh semak dan secara
bergiliran akan digantikan lagi oleh pohon yang lebih banyak membutuhkan sinar
matahari. Pada saat komunitas didominasi oleh pohon yang suka ditempat terbuka,
biasanya dilapisan bawah akan tumbuh bibit / anak pohon yang tahan naungan.
Pada akhirnya, pohon yang tahan naungan tersebut tumbuh melebihi tinggi pohon
yang suka sinar dengan pertambahan jumlah anakan pohon yang juga lebih banyak.
Akibatnya, komunitas pohon yang suka sinar matahari akan tergantikan oleh
komunitas pohon tahan naungan. Komunitas terakhir ini biasanya relative stabil,
tahan lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan lebih kompleks, dan
didalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. Komunitas
demikian disebut komunitas klimaks.
Komunitas klimaks merupakan akhir
dari serangkaian proses suksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai
setelah melalui beberapa tahap suksesi. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut
disebut tahap suksesional, sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal
dengan istilah sere. Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup didalamnya.
b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam bentuk interaksi dibandingkan komonitas suksesional.
a) Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup didalamnya.
b) Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam bentuk interaksi dibandingkan komonitas suksesional.
Di Indonesia proses suksesi primer
berhasil diamati didaerah bekas gunung Krakatau yang meletus dahsyat pada tahun
1883. Kawasan yang sebelumnya tertutup oleh lapisan lahar membantu mulai
menunjukkan adanya kehidupan dengan hadirnya makhluk hidup pionir, yaitu berupa
liken. Sampai saat ini daerah bekas letusan gunung tersebut masih menampakkan
tanda-tanda proses suksesi.
Suksesi
sekunder terjadi apabila suatu suksesi normal atau ekosistem alami
terganggu/dirusak. Kebakaran, perladangan, penebangan secara selektif,
penggembalaan dan banjir adalah contoh kegiatan manusia yang menimbulkan
gangguan tersebut.
Suksesi sekunder terjadi jika suatu
gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas
tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.
Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi
sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan
ini tidak sampai merusak total tempat tumbuh, sehingga dalam ekosistem tersebut
substrat lama dan kehidupan masih ada.
Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir,
kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan.
Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Contoh: kondisi hutan yang
terlantar atau tanah garapan yang ditinggalkan. Hal ini menyebabkan perbedaan
suksesi sekunder dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat awalnya. Pada
suksesi primer, habitat awal terdiri atas substrat yang sama sekali baru
sehingga tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tahap awal berasal dari biji dan
benih yang datang dari luar. Sedangkan pada suksesi sekunder, biji dan benih
tidak saja berasal dari luar tetapi juga dari dalam habitat itu sendiri.
- PROSES TERJADINYA SUKSESI
Proses pergantian antar tingkat
dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu puluhan,
ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder
lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas
berlangsung dalam periode pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal ini
disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan
vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan sebagai
berikut :
- Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-bahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
- Semakin kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
- Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkem-bangan tanah.
- Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
- Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis.
- Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
- Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses suksesi pada suatu
komunitas atau ekosistem dipengaruhi oleh faktor, antara lain :
- Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan
- Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
- Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
- Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih la-in, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan per-kembangan semai selanjutnya.
- Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk
- Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Suksesi sekunder
terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun
buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga
dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya,
gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan
gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan
sengaja.
Contoh komunitas yang
menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang
alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak
terurus. Lihat Gambar 7.12.
Ekosistem merupakan
suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada
bermacam-macam ekosistem.
1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan
fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.
a. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos
= menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan
organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan
tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup
(abiotik)
Bahan tak hidup yaitu
komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari.
Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah
organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme
mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat
digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan
jamur.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
- PENGERTIAN SUKSESI
Suksesi merupakan proses yang
menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Kli-maks merupakan fase kematangan yang
final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua faktor
lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi komunitas.
Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar satu tipe
dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan.Faktor lingkungan
yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi dikenal ke
dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
- Faktor lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
- Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau ma-nusia.
Umumnya
komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemu-dian digeser
oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil
dan berada dalam keseimbangan dengan lingkungan setempat. Perubahan da-lam
suksesi bersifat kontinu, dimana rentetan suatu perkembangan dan pergantian
ko-munitas merupakan suatu seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu
disebut SERE, dan komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut
KLI-MAKS. Proses suksesi yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem
klimaks, dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari
komponennya terha-dap setiap rangsangan yang cenderungmengganggu kondisi atau
fungsi normal komu-nitas
2.
JENIS SUKSESI
Mueller (1974) menyatakan, suksesi
ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suk-sesi sekunder. Perbedaaan dua tipe
suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi.
1.
Suksesi
primer(Primarysuccession)
Suksesi
primermerupakan suatu tahapan perubahan
komunitas biotik ke ko-munitas biotik lain, yang dimulai dengan kehadiran
tumbuhan pioner disuatu tem-pat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya
komunitas biotik tersebut sebe-lumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks
(climax forest ecosystem). Ter-jadi bila komunitas asal mengalami gangguan
berat sekali, sehingga mengakibat-kan komunitas asal hilang secara total, dan
di tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
- Suksesi sekunder
Proses
suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer.
Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya.
Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara
alami maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan
tempat hidup organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terben-tuk
sebelumnya), masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat
terse-but terjadi perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi
sekunder. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin
kencang, banjir, gelombang laut, penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan
biotis lainnya menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini
membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo, Didik. 2012.
Ekosistem dan Suksesi Ekologi. Dalam http://inspagr.blogspot.com/2012/12/ekosistem-dan-suksesi-ekologi.html
Primack, Richard B. dan
Mochamad Indrawan. 2007. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Aryulina, Diah Dkk.
2006. Biologi 1 SMA dan SMK untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga.
http://putriutami324.blogspot.com/2013/04/suksesi-ekologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar