MAKALAH KOMUNITAS HEWAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat
serta perlindungannya sehingga penulisan makalah mengenai “Ekologi Umum” yang
lebih membahas mengenai “ Ekologi Komunitas“ dapat selesai pada waktunya.
“Tak ada gading yang tak retak “ begitupun dengan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dalam pengembangan atau perbaikan untuk makalah ini
kedepannya.
Semoga dengan pembuatan makalah Ekologi Umum yang spesifik
membahas mengenai “Ekologi Komunitas“ ini dapat menambah informasi bagi
kita tentang segala hal yang berhubungan dengan kesehatan.
Medan, 6 oktober 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang
hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih
kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama komunitas harus
dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang
paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir,
hutan jati.
Komunitas
mempunyai lima cirri cirri yang telah diukur dan dikaji yaitu:
1. Keanekaragaman spesies
2. Bentuk dan sttruktur
pertumbuhan
3. Dominansi
4. Kelimpahan relative nisbi
5. Structure tropic
I.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami
pengertian komunitas
2. Mengetahui dan
memahami cirri cirri komunitas
3. Mengetahui dan memahami
mencari indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
4. Mengetahui dan memahami
suksesi pada hewan
5. Mengetahui dan
memahami interaksi antar spesies anggota populasi
PEMBAHASAN
I.1 Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok
makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan, misalnya
populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk
suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan
organisasi komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk
dengan sistem organnya, tetapi dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi
sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh baik
sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.
Perubahan komunitas yang sesuai
dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan berlangsung terus sampai pada
suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis tumbuhan atau
hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya. Namun, perubahan akan selalu
terjadi. Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat
dicapai. Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni
baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama.
Sering terjadi, spesies tumbuhan dan
hewan dijumpai berulangkali dalam pelbagai komunitas dan menjalankan fungsi
yang agak berbeda. Kombinasi antara habitat , tempat suatu spesies hidup,
dengan fungsi spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nicia (niche).
Konsep nicia ini penting karena selain dapat digunakan untuk meramal
macam tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga
dipakai untuk menaksir kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
Kepadatan individu dalam suatu populasi
langsung dapat dikaitkan dengan pengertian keanekaragaman. Istilah ini
dapat diterapkan pada pelbagai bentuk, sifat, dan ciri suatu komunitas.
Misalnya, keanekaragaman di dalam spesies, keanekaragaman dalam pola penyebaran.
Margalef (1958) mengemukakan bahwa untuk menentukan keanekaragaman komunitas
perli dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi komuniatsnya.
Misalnya mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya, menempatkan
spesies tersebut ke dalam habitatnya, menentukan kepadatan relatifnya dalam
habitat tersebut dan menempatkan setiap individu ke dalam tiap habitatnya
dan menentukan fungsinya. Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas
dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitsas
tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya sehingga keadaannya
lebih mantap.
2.1.
Struktur Komunitas
Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik da
struktur biologi. Struktur fisik merupakan struktur yang tampak pada komunitas
itu,bila mana komunitas itu diamati atau dikunjungi. Sedangkan struktur biologi
meliputi komposisi spesies, perubahan temporaldalam komunitas dan hubungan
antar spesies dalam suatu komunitas.
Berdasarkan fedelitasnya, spesies yang menyususn pada suatu
kominitas dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Eksklusif,
yakni jika suatu spesies itu hanya ada disuatu daerah tunggal atau komunitas
tunggal.
2. Karakteristik
( preferensial), yakni jika spesies tersebut melimpah dalam suatu daerah namun
juga terdapat didaerah lain dalam jumlah kecil.
3. Ubiquitos,
yakni jika suatu spesies penyebarannya sama dalam berbagai komunitas.
4. Predominant,
jika jumlah individu suatu spesies lebih besar atau sama dengan 10% dari jumlah
individu keseluruhan spesies yang ada dalam komunitas tersebut.
2.2.3 Dominansi
Dominansi
merupakanpengendalian nisbi yang diterapkan makhluk hidup atas komposisi
spesies dalam komunitasnya. Spesies
dominan adalah spesies yang secara ekoligik sangant berhasil dan yang mampu
menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Atau spesies yang
paling berpengaruh dan yang mampu dari jumlah maupun aktivitasnya dalam
komunitas.. derajat dominansi terpusat didalam satu, beberapa atau banyak
spesies dapat dinyatakan dengan indeks dominansi, yaitu jimlah kepentingan
tiap-tiap spesies dalam hubungandengan komunitas secara keseluruhan.
2.2.4 Suksesi dan Klimaks
Suksesi
adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan
sebagai
perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi
terjadi sebagai
akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Ketika
habitat berubah,
spesies yang baru akan datang menyerbu untuk menjadi mantap di tempat itu, dan
spesies
yang lama akan menghilang.
Suksesi
akan berlangsung secara terus menerus hingga mencapai suatu tingkat akhir yang
disebut dengan klimaks. Pada keadaan klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis, artinya komunitas dapat mempertahankan kestabilan internalnya
dalam menanggapi respon terhadap factor lingkungan. Deretan langkah atau
deretan komunitas yang menyusunurutan suksesional yang menuntun kearah klimaks
disebut sere.( Tim Dosen, 2012).
Dalam
kasus Suksesi hewan, akan terjadi suksesi tumbuhan terlebih dahulu pada komunitas
tersebut lalu di ikuti oleh munculnya suksesi hewan. Hal ini disebabkan karena
tumbuhan merupakan makhluk autotrof yang menyediakan sumber energy bagi hewan
tersebut. Ketersediaan sumberdaya pada komunitas terjadinya suksesi sangant
mempengaruhi banyak tidaknya hewan yang ditemukan dalam proses suksesi
tersebut.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat
dibedakan dua macam suksesi, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.
a) Suksesi Primer
Suksesi
primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan
tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami
dapat
berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara
sungai.
Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu
bara,
timah, dan minyak bumi)
b) Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu
komunitas tidak bersifat
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan /
substrat
seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal,
tetapi tidak dari
komunitas pionir. Suksesi sekunder dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir,
gempa bumi
atau aktivitas manusia.(Anonim, 2012)
3.1
Interaksi Antar Spesies Anggota Populasi
Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi
terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut
Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi
lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan
lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua
arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan
populasi, interaksi antar spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi
yang positif, negative, atau nol.
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di alam
atau di suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan, 1992).
Interaksi antar spesies tidak terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi
interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan
antar tumbuhan dengan hewan. (vickery,1984) menyatakan bahwa meskipun
pertumbuhan mampu menyintesis makanannya sendiri, namun kenyataannya tumbuhan
hijau tetap tidak pernah benar-benar independent (berdiri sendiri) banyak
spesies tumbuhan hijau yang bergantung pada hewan misalnya burung dan serangga
dalam memperlancar penyerbukan bunga dan penyebaran biji.
Demikian juga antar tumbuhan di alam dapat saling bergabung
membentuk hutan dengan berbagai pelapisan tajuk yang satu dengan lainnya saling
menutup, ada kalanya suatu spesies tumbuhan memerlukan rambatan atau harus
hidup menempel pada tumbuhan lainnya, ada kalanya suatu spesies tumbuhan perlu
naungan (penutupan) tumbuhan lainnya sehingga masing-masing organisme yang
berdampingan dapat melakukan tugas sesuai kedudukan dan fungsinya.
1.
Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup
yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita.
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat
erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan
sebagai berikut.
·
Netral adalah hubungan tidak saling
mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya
: antara capung dan sapi.
·
Predasi adalah hubungan antara
mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa,
predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang,
rusa,dan burung hantu dengan tikus.
·
Parasitisme adalah hubungan
antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada
organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan
sapi, dan benalu dengan pohon inang.
·
Komensalisme adalah merupakan
hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan
bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan
spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
·
Mutualisme adalah hubungan antara
dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2.
Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu
terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.
Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut:
Ø Alelopati merupakan interaksi
antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi
tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat
toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh,
jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu.
Ø Kompetisi merupakan interaksi
antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga
terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan
antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3.
Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu
daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas
sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme,
misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari
ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas
sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya
melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi
antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon
melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
4.
Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk
ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya
aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem
terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus
materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem
dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan
ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak
diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk
mencapai keseimbangan baru.
BAB III
PENUTUP
.1 KESIMPULAN
Ø Komunitas ialah kumpulan dari berbagai
populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Ø Macam-macam
Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas
terrestrial.
Ø Karakter suatu komunitas yaitu meliputi Kualitatif,
Kuantitatif, dan Sintesis.
Ø Whittaker (1970) mengemukakan bahwa
ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama,
apa yang dinamakan gradasi komunitas (community gradient, coenocline)
yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi
lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor
lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam gradasi
elevasi (elevation gradient) termasuk factor-faktor penurunan suhu
rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya,
kearah ketinggian yang meningkat.
Ø Menurut Odum(1993), setiap anggota
populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap
makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh,
dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale balik). Oleh
karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar
spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau
nol.
Ø Interaksi spesies anggota populasi
merupakan suatu kejadian yang wajar di alam atau di suatu komunitas, dan
kejadian tersebut mudah di pelajari(irwan, 1992). Interaksi antar spesies tidak
terbatas antara hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh
termasuk terjadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriyanto,
2008, Ekologi Hutan, Jakarta : Bumi
Aksara
Odum,
E. P., 1994., Dasar-Dasar Ekologi,
Yogjakarta : UGM Press
Pringgoseputro,
S. , 1998, Ekologi Umum,
Yogjakarta: UGM Press
Resosoedarmo,
S., 1989, Pengantar Ekologi, Bandung: CV REMADJA KARYA
Soeriaatmadja,
1989, Ilmu Lingkungan, Bandung: ITB Press